Baru-baru ini di Tahun 2025, Thailand mencatatkan sejarah dengan mengesahkan pernikahan sejenis, sebuah keputusan yang bagi sebagian kalangan, sangat disayangkan dan kontroversial. Walaupun langkah ini dianggap oleh sebagian orang sebagai simbol kemajuan dalam hak asasi manusia, ada banyak pihak yang merasa bahwa keputusan ini tidak mencerminkan nilai-nilai budaya, agama, dan tradisi masyarakat Thailand yang lebih konservatif. Berikut ini adalah pandangan tentang keputusan tersebut dan dampaknya terhadap masyarakat.

1. Menghancurkan Nilai-Nilai Tradisional

Bagi banyak warga Thailand, legalisasi pernikahan sejenis ini dianggap sebagai sebuah langkah yang bertentangan dengan nilai-nilai tradisional yang telah lama dianut. Thailand memiliki sejarah panjang dalam memegang teguh adat istiadat yang mementingkan struktur keluarga yang terdiri dari pria dan wanita. Pernikahan antara pria dan wanita tidak hanya dilihat sebagai perjanjian legal, tetapi juga sebagai sebuah simbol dari norma sosial dan agama yang telah ada sejak lama.

Langkah ini dianggap oleh sebagian kalangan sebagai bentuk pengabaian terhadap nilai-nilai budaya yang telah mendominasi kehidupan keluarga di Thailand selama berabad-abad. Banyak yang merasa bahwa dengan disahkannya pernikahan sejenis, institusi keluarga tradisional yang telah dibangun dengan dasar pernikahan heteroseksual bisa terancam.

2. Pandangan Agama yang Menentang

Thailand adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama Buddha, yang mengajarkan nilai-nilai moral dan spiritual yang dianggap tidak selaras dengan penerimaan pernikahan sejenis. Meskipun agama Buddha mengajarkan tentang toleransi dan penerimaan, banyak ajaran dalam agama ini yang menyarankan bahwa hubungan antara pria dan wanita adalah bentuk hubungan yang ideal dan sah dalam konteks keluarga.

Bagi sebagian besar kelompok agama di Thailand, disahkannya pernikahan sejenis dianggap sebagai langkah yang salah dan bertentangan dengan ajaran agama. Mereka khawatir bahwa perubahan ini bisa merusak moralitas masyarakat dan mengarah pada pergeseran nilai-nilai keluarga yang telah ada selama ini.

3. Dampak pada Anak dan Keluarga

Salah satu kekhawatiran yang sering dikemukakan oleh para penentang pernikahan sejenis adalah dampaknya terhadap anak-anak yang mungkin tumbuh dalam keluarga dengan pasangan sejenis. Mereka berpendapat bahwa anak-anak yang dibesarkan dalam lingkungan seperti itu mungkin akan kehilangan contoh teladan yang seharusnya berasal dari sosok ayah dan ibu.

Dalam perspektif ini, para penentang percaya bahwa untuk perkembangan mental dan emosional yang sehat, anak-anak membutuhkan peran dari kedua orangtua yang memiliki perbedaan jenis kelamin, dengan ayah sebagai figur maskulin dan ibu sebagai figur feminin. Bagi mereka, model keluarga tradisional yang terdiri dari pria dan wanita adalah fondasi yang diperlukan untuk mendidik generasi masa depan.

4. Dampak Sosial dan Masyarakat

Penerimaan terhadap pasangan sejenis tidak selalu diterima secara luas di masyarakat Thailand. Banyak kalangan yang merasa bahwa legalisasi pernikahan sejenis ini hanya akan memperburuk ketegangan sosial. Pihak-pihak yang menentang percaya bahwa pernikahan sejenis dapat mengarah pada pengaruh yang buruk dalam pendidikan anak, serta bisa memicu keretakan dalam ikatan sosial yang sudah ada.

Mereka berpendapat bahwa tindakan ini bisa mengubah cara pandang masyarakat terhadap pernikahan dan keluarga, yang berpotensi menciptakan ketidakpastian dalam struktur sosial yang sudah terbentuk lama. Penerimaan terhadap pernikahan sejenis, menurut mereka, bisa menurunkan moralitas publik dan mempengaruhi dinamika keluarga yang sudah terjalin dengan baik.

5. Bertentangan dengan Moralitas Umum

Banyak yang percaya bahwa pernikahan sejenis bukan hanya sebuah perubahan hukum, tetapi juga perubahan moralitas yang besar. Sebagian besar kalangan konservatif beranggapan bahwa nilai-nilai moral umum yang selama ini dipegang oleh masyarakat Thailand – yang menganggap pernikahan sebagai hubungan antara pria dan wanita – kini mulai dipertanyakan. Mereka merasa bahwa ini adalah sebuah keputusan yang terlalu cepat dan tidak cukup dipikirkan secara matang, karena bisa mempengaruhi generasi muda yang seharusnya dibimbing dengan nilai-nilai keluarga yang jelas.

6. Kekhawatiran atas Perubahan Sosial yang Terlalu Cepat

Legalisasi pernikahan sejenis di Thailand dianggap oleh banyak orang sebagai perubahan sosial yang terlalu cepat. Tidak sedikit masyarakat yang merasa belum siap dengan perubahan besar ini, yang menantang norma-norma sosial dan kebiasaan yang telah ada bertahun-tahun. Keputusan ini bisa memicu polarisasi yang lebih dalam antara kelompok yang mendukung dan yang menentang, serta memecah belah masyarakat lebih jauh lagi.

Meski legalisasi pernikahan sejenis ini mungkin dianggap oleh sebagian pihak sebagai sebuah pencapaian dalam hal kesetaraan hak, banyak orang yang merasa bahwa keputusan tersebut sangat disayangkan. Bagi mereka, pernikahan sejenis bukan hanya masalah hukum, tetapi juga masalah moral dan sosial yang dapat merubah struktur dasar keluarga serta nilai-nilai budaya yang telah ada dalam masyarakat Thailand.

Thailand kini berada di persimpangan jalan antara tradisi dan modernitas, dan bagaimana negara ini menghadapinya dalam jangka panjang akan menjadi ujian besar bagi penerimaan sosial terhadap perubahan ini. Meskipun langkah ini membawa perubahan yang tidak bisa dihindari, bagi sebagian besar masyarakat Thailand, ini adalah keputusan yang sangat disayangkan.